Retail
Manajemen pemasaran pada dasarnya mengacu pada kegiatan dalam proses bisnis yang berupa penetapan tujuan pemasaran atas produk atau jasa yang ditawarkan berikut berbagai upaya pemasaran untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu agar produk atau jasanya dapat bersaing dengan competitor yang semakin bertambah setiap harinya. Keberhasilan manajemen pemasaran bisa menjadi kunci kesuksesan suatu bisnis ritel.
A. Tujuan Manajemen Pemasaran.
Dalam manajemen pemasaran, tujuan target dibuat sebelum memasrakan sebuah produk, sehingga kegiatan memasarkan produk tersebut dapat dengan mudah dipantau agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Keuntungan program perencanaan antara lain sebagai berikut:
- Membantu pengusaha bisnis ritel betprientasi ke masa depan,
- Adanya koordinasi keputusan,
- Adanya perencanaan yang menekankan tujuan organisasional.
B. Masalah masalah yang muncul akibat kurangnya perencanaan pemasaran.
Perencanaan pemasaran yang tidak matang dan tujuan/target yang tidak realistis dapat menimbulkan masalah masalah dalam pelaksanaan kegiatan pemasaran. Berikut beberapa masalah yang teridentifikasi:
- Peluang peluang yang hilang untuk mendapatkan laba,
- Angka angka yang tak berarti dalam rencana jangka panjang bisnis ritel,
- Kurangnya informasi pasar yang dapat dilakukan,
- Perselisihan antarfungsional,
- Frustasi manajemen,
- Perkembangan produk dan pasar yang tidak sesuai target,
- Pengeluaran promosi yang sia-sia.
C. Batasan Manajemen Pemasaran
Ketika membuat sebuah rencana pemasaran bisnis ritel, pertama-tama seorang pengusaha harus mengetahui posisi awal bisnisnya. Dia harus memperhatikan latar belakang usaha bisnis ritelnya, kekuatan dan kelemahan usaha ynag dimiliki dari titik awal tersebut barulah ditentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai. Berikut adalah daftar pertanyaan dasar yang dapat dijadikan acuan dan batasan ketika menetapkan sasaran marketing unutk masa yang akan datang.
- Kita telah berada di mana (where are we now ?)
- Kemana kita akan pergi (where do we go ?)
- Bagaimana cara mencapainya (how do we go ?)
D. Evolusi factor bauran rencana pemasaran.
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan variable variable terkendali yang digabungkan untuk menghasilkan tanggapan yang diharapkan dari pasar yang disasar. Pada awalnya hanya dikenal dengan empat variable yang disebut 4 P (product, price, plece, promotion). Namun seiring perkembanggan zaman dan tuntutan pasar yang senantiasa berkembang dan berevolusi searah dengan perkembangan perilaku konsumen, kini usaha jasa dikenal dengan 7 variabel bauran pemasaran (the 7 P’s of marketing mix), yaitu product, price, place, promotion, process, people, dan physical environment. Variabel tersebut apabila dijabarkan maka, adalah sebagai berikut :
1. Product atau produk, adalah semua komponen dari kinerja layanan yang menciptakan nilai bagi usaha bisnis ritel.
2. Price atau harga mengacu pada pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi produk dan layanan yang dijual atau ditawarkan oleh toko ritel. Penentuan harga produk didasarkan pada pasar, persaingan, marjin dan merek barang dagangan /produk. Beberapa strategi umum dalam penentuan harga produk yaitu EDLP (Every Day Low Price),EDFP (Every Day Fair Price ) dan harga Hi-Lo (High -Low ).
3. Place atau tempat mengacu pada manajemen area yang benar untuk menyajikan layanan yang baik kepada pelanggan bisnis ritel.
4. Promotion atau aspek promosi merangkum semua aktivitas komunikasi dan perancangan insentif (periklanan, direct marketing) untuk membangun persepsi pelanggan atas layanan spesifik yang diberikan oleh usaha bisnis ritel.
5. People yang dimaksud disini adalah sumber daya manusia yang bekerja pada took ritel (karyawan) dan terlibat dalam kegiatan menjual produk serta memberikan layanan (service production) kepada pelanggan.
6. Process di sini mengacu pada prosedur atau sistem atau serangkaian tindakan yang mengatur cara untuk menyajikan produk yang baik dan memberikan kemudahan layanan kepada konsumen bisnis ritel. Proses kegiatan tersebut meliputi system transaksi di kasir, sistem penanganan keluhan konsumen, sistem kartu anggota, system after sales.
7. Physical evidence adalah perangkat perangkat yang diperlukan dalam menyajikan secara nyata layanan bisnis ritel guna menarik segmen dan target yang tepat dan mencapai posisi yang disasar.
Manajemen Sumber Daya Manusia (personalia) dalam bisnis ritel
Pada masa perdagangan bebas saat ini dan era globalisasi serta modernisasi, bisnis ritel di Indonesia semakin berkembang pesat. Perkembangan bisnis ritel tersebut berimplikasi langsung pada kebutuhan SDM yang handal. Sayangnya sumber daya manusia yang handal tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi proses manajemen yang sistematis. Jadi intinya bisnis ritel membutuhkan manajemen perekrutan dan pengelolaan ritel yang baik. Manajemen sumber daya manusia nerupakan sistem pengaturan dan pengorganisasian dalam bisnis ritel yang menyangkut desain dan implementasi system perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik.
A. Sumber daya manusia dalam bisnis ritel.
Ritel sebagai sebuah unit bisnis tentunya tidak terlepas dari kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia yang professional sangat penting dalam bisnis ritel karena SDM yang baik akan mensukseskan usaha bisnis ritel tersebut. Begitupin sebaliknya sumber daya manusia yang tidak professional akan membuat usaha bisnis ritel bangkrut. Sumber daya manusia merupakan asset penting dan termahal dalam sebuah bisnis ritel.
B. Permasalahan strategis dalam pengelolaa SDM ritel
Manajemen Sumber daya manusia (karyawan) memiliki tantangan yang berbeda karena karakteristik nilai nilai kerja, sistem ekonomi dan penbaturan SDM ritel yang juga berbeda dari bisnis pada umumnya. Berikut adalah beberapa pokok permasalahan strategis yang harus dihadapi oleh HRD bisnis ritel :
- Harus memiliki bentuk struktur organisasi yang mampu mebagi tanggung jawab dan otoritas dalam melaksanakan tugas pada bisnis unit beserta orang orangnya.
- Harus mengkoordinasikan aktivitas berbagai departemen dan memotivasi karyawan unutk dapat bekerja kea rah keberhasilan perusahaan.
- Harus memiliki program yang dapat digunakan untuk membangun komitmen dan mempertahankan nilai nilai SDM.
C. Membangun komitmen karyawan.
Dalam bisnis rotel, ketika seorang karyawan berhenti bekerja hal tersebut dapat menghambat kelancaran usaha bahkan bisa mnegurangi penjualan. Karyawan yang kurang berpengalaman, kurang pengetahuan akan barang dan kurang memahami kebijakan perusahaan, tidak dapat berinteraksi secara efektif dengan konsumen dan rekrutmen serta pelatihan karyawan baru akan meningkatkan pengeluaran biaya. Untuk meminimalisir masalah tersebut maka dibuat beberapa pendekatan yang dilakukan oleh peritel untuk membangun komitmen timbal balik dari karyawan. Bentuk pendekatan tersebut antara lain dengan :
- Meningkatkan keterampilan,
- Memberdayakan karyawan, dan
- Menciptakan hubungan kemitraan dalam karyawan.
Pada dasarnya terdapat 3 aktivitas manajemen sumber daya manusia yang dapat membangun dan mengembangkan komitmen melalui hubungan kemitraan, diantaranya yaitu:
- Mengurangi perbedaan status antar karyawan,
- Memberikan peluang promosi untuk karyawan lama, dan
- Diberikan flextime (sistem penjadwalan pekerjaan yang memungkinkan karyawan memilih waktu kerja) dan job sharing (dua karyawan yang secara sukarela bertanggung jawab atas suatu pekerjaan).